Minggu, 06 November 2011

KESAHIHAN DALAM KALIMAT IMPERATIF

KESAHIHAN DALAM KALIMAT IMPERATIF

(Kajian Pragmatik Bahasa Jepang)

Ngurah Indra Pradhana

Program Magister Linguistik Jepang

Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

Abstract :

Imperative sentences can also be referred to as a command sentence, basically always has meaning force, told, asked, or ask someone else to do something. According Alisjahbana, a figure that commands the sentence can be divided into four types. The four kinds of sentences that command in a row can be stated as follows: (1) command indicates an obligation, (2) commands that meaningful mocking, (3) command which intends to call, and (4) commands that are in demand. In addition to showing a wide range of meaning and form of imperatives such as those already mentioned above, this renowned linguist figure also gives examples of sentences that command in its formation utilizing expressions of politeness markers such as: hopefully, try, please, let , should, would, and please. The words help it serves to make the software or create a narrative imperative respect.
Keywords: imperative, performative, and the validity

Pendahuluan

1. Definisi Kalimat Performatif

Memulai pembahasan tentang kalimat performatif ada baiknya untuk mengetahui kedudukan kalimat performatif dalam kajian yang menaunginya yaitu pragmatik. Kedudukan performatif dalam pragmatik (語用論) bahwa performatif yang berupa wacana atau ujaran adalah salah satu objek kajian dari pragmatik dan juga bagian dari tindak tutur yang bersifat lokusi. Segala bentuk tuturan akan disertai tindakan. Tuturan itulah yang disebut kalimat performatif. Menurut Koizumitamotsu (小泉保) 1995. dalam bukunya yang berjudul “Gengokomunikeshon (言語コミュニケーション) : 336-337 menyebutkan jenis-jenis kalimat performatif antara lain :

a Kalimat Asertif/Representatif (断言的)

Kalimat yang dimaksud adalah kalimat yang menunjuk hal-hal yang sebenarnya.

b Kalimat Imperatif (指示的)

Kalimat yang bersifat memerintah, mengajak, meminta, dan lain-lain.

c Kalimat Komisif (言明的)

Kalimat yang berisikan perjanjian.

d Kalimat Ekspresif (表出的)

Kalimat yang mengungkapkan sambutan, ekspresi, terima kasih, dan lain-lain.

e Kalimat Deklaratif (宣言的)

Kalimat yang berisi hal-hal yang menyangkut pernyataan atau pengakuan terhadap sesuatu.

2. Kata Kerja Performatif (遂行動詞)

Kata kerja performatif adalah kata kerja yang digunakan untuk menyatakan tuturan performatif, biasanya menyatakan tindakan antara lain tindakan berterima kasih, tindakan meminta maaf, tindakan menyerahkan, tindakan menyuruh dan sebagainya. Dengan kata lain juga dapat didefinisikan bahwa kata kerja performatif adalah kata kerja yang dipakai untuk menyatakan kalimat pada tindak tutur yaitu bagian lokusi. (Austin).

Menurut Koizumitamotsu (小泉保) 1995. dalam bukunya yang berjudul “Gengokomunikeshon (言語コミュニケーション) : 148 memberi sebuah catatan mengenai kata kerja performatif sebagai berikut :

“遂行動詞は、発話内容名聞き手に伝えるに当たり、ある働きかけをしている動詞であるから、常に現在形で示される、これが過去形や現在形進行形になると、発話内容の一部意変わってしまう”。

“Verba performatif adalah ujaran yang disampaikan kepada pendengar dengan kata kerjanya yang kemudian dapat menjadi tindakan, yang selalu ditampilkan dalam waktu sekarang dan akibat tenggang waktu lampau dan saat ini dapat mengubah makna ujaran tersebut.”

3. Tolak Ukur Kesahihan Suatu Kalimat Performatif

Suatu kalimat performatif dikatakan sahih ketika kalimat performatif itu diujarkan, objek yang dikenai verba performatif tampak jelas.

Contoh :

Percakapan yang menyuruh muridnya membuat laporan dengan ujaran berikut ini :

“Silakan buat laporannya” (kalimat performatif dengan kata “silakan” sebagai verba performatifnya. Kalimat ini termasuk kalimat sahih karena pada saat kalimat ini diujarkan ada objek yang dikenai verba performatif yaitu muridnya)

ANALISIS DATA

1. Ujaran ini terjadi di ruang kelas antara Kitajima Singo dengan murid-murid SMA Teitan yang akan melakukan perjalanan sekolah. Kitajima Singo adalah seorang lelaki paruh baya yang diberikan wewenang oleh Tatsumi Sensei untuk menggantikan tugasnya sebagai pemandu perjalanan sekolah dikarenakan Tatsumi Sensei masih dalam keadaan sakit. Untuk mempermudah tugasnya, Kitajime Singo menyuruh murid-murid SMA Teitan untuk membuat laporan selama dalam perjalanan. Ini cuplikan kalimat suruhannya :

Kitajima Singo : Noto wo shite kudasai ! (Tolong buat laporannya !)

Kalimat yang diujarkan Kitajima Singo adalah kalimat sopan walaupun dari segi jabatan, Kitajima Singo memiliki jabatan yang lebih tinggi dalam konteks pembelajaran. Namun karena lokasi ujaran itu berlangsung di sekolah (tempat formal) dan ujaran tersebut berupa kalimat perintah sekaligus meminta seseorang untuk melakukan sesuatu maka penggunaan bahasa sopan akan dirasa lebih tepat. Kalimat tersebut sangat jelas merupakan kalimat imperatif karena terdapat penanda kata “kudasai” (tolong) yang bertujuan menyuruh sekaligus meminta seseorang melakukan sesuatu.

Kalimat ini dapat dikatakan pula kalimat performatif karena didalamnya mencantumkan kata kerja performatif yaitu kata “shite” (buat). Dapat dicermati bahwa dalam kalimat ini mematuhi kesahihan kalimat performatif karena ujaran diucapkan terdapat objek sasaran dari kalimat tersebut dalam hal ini adalah para murid SMA Teitan yang akan melakukan perjalanan sekolah.

2. Ujaran ini terjadi di depan bus yang akan membawa murid dan guru-guru SMA Teitan untuk melakukan perjalanan sekolah. Ujaran ini dilontarkan oleh Kitajima Singo kepada murid-murid SMA Teitan. Maksud ujaran yang dilontarkan Kitajima Shingo adalah untuk meminta perhatian murid-muridnya yang sedang asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Ujarannya adalah sebagai berikut :

Kitajima Singo : Minna san kiite kudasai ! (Anak-anak tolong dengarkan !)

Kalimat yang diujarkan Kitajima Singo adalah kalimat sopan walaupun dari segi jabatan, Kitajima Singo memiliki jabatan yang lebih tinggi dalam konteks pembelajaran. Namun karena ujaran tersebut berupa kalimat perintah sekaligus meminta perhatian seseorang untuk melakukan sesuatu maka penggunaan bahasa sopan akan dirasa lebih tepat. Kalimat tersebut sangat jelas merupakan kalimat imperatif karena terdapat penanda kata “kudasai” (tolong) yang bertujuan menyuruh sekaligus meminta seseorang melakukan sesuatu.

Kalimat ini dapat dikatakan pula kalimat performatif karena didalamnya mencantumkan kata kerja performatif yaitu kata “kiite” (dengarkan). Dapat dicermati bahwa dalam kalimat ini mematuhi kesahihan kalimat performatif karena ujaran diucapkan terdapat objek sasaran dari kalimat tersebut dalam hal ini adalah para murid SMA Teitan yang akan melakukan perjalanan sekolah.

3. Ujaran ini terjadi di kapal laut yang sedang berlayar yang membawa para siswa SMA Teitan melakukan perjalanan sekolah. Ujaran ini diujarkan oleh Mouri Ran, yaitu salah satu siswi SMA Teitan kepada Kudou Shinichi (laki-laki) yang juga merupakan murid SMA Teitan. Maksud ujaran Mouri Ran adalah mengajak Kudou Shinichi berfoto bersama. Inilah ujaran yang dilontarkan Mouri Ran :

Untuk mengawali ajakannya Mouri ran berbasa-basi dengan mengatakan : Mizu ga nagarete, kimochi na. (wah senangnya melihat air yang mengalir dengan indah)

Setelah mendapat perhatian Kudou Shinichi barulah Mouri Ran mengungkapkan ajakannya : totte shashin da you? (berfoto yuk?)

Akhirnya mereka berfoto, dengan seruan dari Mouri Ran : Hai Cheese.. (senyum)

Setelah melihat hasil foto dari kamera digitalnya, Mouri Ran merasa tidak puas dengan berkata : nani kore ? (apa ini?)

Kemudian Mouri Ran meminta kembali berfoto kepada Kudou Shinichi dengan kalimat : Shinichi, moratte ya.. Hai mou ikkai. (shinichi, berikan senyumnya. Ayo sekali lagi.)

Kalimat yang diujarkan Mouri Ran adalah kalimat non formal dan cenderung bahasa sehari-hari kepada teman. Kalimat tersebut sangat jelas merupakan kalimat imperatif karena terdapat penanda kata “da you” dan “ya” (ayo) yang bertujuan mengajak seseorang melakukan sesuatu.

Kalimat ini dapat dikatakan kalimat performatif karena didalamnya mencantumkan kata kerja performatif yaitu kata “totte” (ambil) dan “moratte” (berikan). Dapat dicermati bahwa dalam kalimat ini mematuhi kesahihan kalimat performatif karena ujaran diucapkan terdapat objek sasaran dari kalimat tersebut dalam hal ini adalah Kudou Shinichi.

4. Ujaran ini terjadi di kapal laut yang sedang berlayar yang membawa para siswa SMA Teitan melakukan perjalanan sekolah. Ujaran ini diujarkan oleh Minamida Kyousuke yaitu seorang awak kapal yang bertugas mengawasi penumpang kapal kepada Kudou Shinichi (laki-laki) yang merupakan murid SMA Teitan. Situasi berlangsungnya wacana adalah ketika kedua orang ini melihat salah satu siswa SMA Teitan yang bernama Suzuki Sonoko sedang muntah-muntah karena mabuk laut. Maksud ujaran Minamida Kyousuke adalah meminta tolong Kudou Shinichi untuk ikut merangkul Suzuki Sonoko untuk membawanya ke ruang istirahat. Inilah ujaran yang dilontarkan Minamida Kyousuke :

Minamida Kyousuke: Kudou kun, te wo agemasu. (saudara kudou, tolong berikan tangannya)

Kalimat yang diujarkan Minamida adalah kalimat semi formal dan cenderung. Kalimat tersebut sangat jelas merupakan kalimat imperatif karena terdapat penanda kata “agemasu” (berikan) yang bertujuan mengajak seseorang melakukan sesuatu.

Kalimat ini dapat dikatakan kalimat performatif karena didalamnya mencantumkan kata kerja performatif yaitu kata “agemasu” (beri). Dapat dicermati bahwa dalam kalimat ini mematuhi kesahihan kalimat performatif karena ujaran diucapkan terdapat objek sasaran dari kalimat tersebut dalam hal ini adalah Kudou Shinichi.

5. Ujaran ini terjadi di kapal laut yang sedang berlayar yang membawa para siswa SMA Teitan melakukan perjalanan sekolah. Ujaran ini diujarkan oleh Nishida Mai yaitu seorang pemandu kedua yang bertugas menjelaskan situasi segala hal yang berkenaan perjalanan yang sedang dilakukan oleh para siswa SMA Teitan. Maksud ujaran Nishida Mai adalah meminta perhatian para siswa untuk melihat (sambil menunjuk tempat yang dimaksud) sebelum menjelaskan tempat tersebut. Tempat yang dimaksud adalah Gapura Ashonoko Torii yang berada tidak jauh dari tempat kapal yang ditumpangi para siswa berlayar. Inilah ujaran yang dilontarkan Nishida Mai :

Nishida Mai : Minna san, kochira e goran kudasai. (anak-anak silakan lihat kesini)

Bahasa yang diujarkan Nishida Mai adalah kalimat formal karena dalam konteks pembelajaran selain itu ujaran tersebut berupa kalimat perintah sekaligus meminta seseorang untuk melakukan sesuatu maka penggunaan bahasa sopan juga akan dirasa lebih tepat. Kalimat tersebut sangat jelas merupakan kalimat imperatif karena terdapat penanda kata “kudasai” (silakan) yang bertujuan mengajak seseorang melakukan sesuatu.

Kalimat ini dapat dikatakan kalimat performatif karena didalamnya mencantumkan kata kerja performatif yaitu kata “goran” (lihat). Dapat dicermati bahwa dalam kalimat ini mematuhi kesahihan kalimat performatif karena ujaran diucapkan terdapat objek sasaran dari kalimat tersebut dalam hal ini adalah para siswa SMA Teitan.

SIMPULAN

1. Penanda Kalimat Imperatif Dalam Drama “Detektive Conan Spesial 1”

Sebuah kalimat imperatif ditandai dengan kata-kata sebagai berikut :

a Kalimat Perintah : ーて下さい

b Kalimat Ajakan : 意向形 (volitional form)

c Kalimat Permintaan/Permohonan : Bentuk yarimorai

2. Jenis Verba Dalam Kalimat Performatif Bahasa Jepang

Kata kerja yang digunakan sebagai tanda kalimat performatif adalah kata kerja aktif yang menunjuk pada suatu aktifitas tertentu.

3. Mekanisme Kesahihan Kalimat Performatif Dalama Bahasa Jepang

Sebuah kalimat performatif dikatakan sahih apabila objek yang dikenai verba performatif tampak jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. New York: Oxford University Press.

Leech, Geoffrey (terjemahan M.D.D. Oka). 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia

小泉保. 1995.言語コミュニケーション

Tidak ada komentar:

Posting Komentar