Minggu, 06 November 2011

Perbedaan Partikel To (ト) dan Ni (二)

「ト会う」と「二会う」

「ト」dan「二」yang berfungsi sebagai partikel banyak digunakan untuk menunjukkan maksud pada kata kerja, kata sifat, dan kata sifat penerang kata benda dalam Bahasa Jepang. Contohnya :

1. a. 太郎が花子会った。 (Tarou dan Hanako bertemu)

b. 太郎が花子会った。 (Tarou menemui Hanako)

Bahkan pada kata (menyerupai, sama, konsultasi, bersalaman, berciuman, dll) contoh tersebut pun ada. Perbedaan makna halus dari contoh (1a) dan (1b) juga akan dibahas pada bab ini.

Apabila kata kerja, kata sifat, atau kata sifat penerang kata kerja diatas ditunjukkan dengan huruf V. Sedangkan subjek dilambangkan dengan huruf X dan objeknya dilambangkan dengan huruf Y. Maka akan terdapat beberapa urutan kalimat yang sebenarnya sama-sama dapat diterima secara logika. XYV dapat juga diurutkan menjadi YXV. Struktur kalimat [XY] V dengan [YX] V sama-sama dapat diterima secara logika. Contoh kalimatnya sebagai berikut :

2. a. 太郎が花子結婚した。 (Tarou dan Hanako menikah)

b. 花子が太郎結婚した。 (Hanako dan Tarou menikah)

c. [太郎花子] が結婚した。 ([Tarou dan Hanako] menikah)

d. [花子太郎] が結婚した。 ([Hanako dan Tarou] menikah)

Untuk kalimat Tarou dan Hanako, apabila kalimat (2a) adalah benar maka untuk kalimat (2b), (2c), dan (2d) juga sama-sama benar. Kata kerja yang berlaku seperti contoh diatas misalnya kata : menikah, bertemu, menyerupai. Dengan catatan, kata kerja tersebut menunjukkan perlibatan beberapa orang (lebih dari satu orang), hal yang memerlukan pergerakan, dan di dalam penerjemahannya, kata yang digunakan untuk menunjukkan hubungan satu sama lain bersifat tidak terbatas. Contoh :

3. a. 太郎が花子勉強した。 (Tarou dan Hanako belajar)

b. 花子が太郎勉強した。 (Hanako dan Tarou belajar)

c. [太郎花子] が勉強した。 ([Tarou dan Hanako] belajar)

d. [花子太郎] が勉強した。 ([Hanako dan Tarou] belajar)

Untuk kalimat Tarou dan Hanako diatas, apabila kalimat (3a) itu benar maka untuk kalimat (3b), (3c), dan (3d) juga sama-sama benar.

Berikut, coba perhatikan contoh dibawah ini :

4. a. 太郎が花子恋をした。 (Tarou dan Hanako saling menyintai)

b. 太郎が花子恋をした。 (Tarou menyintai Hanako)

Struktur kalimat (4a) adalah sebagai berikut X YVsama dengan struktur pada kalimat (2) dan (3), dimana kalimat (4a) ini antara Tarou dengan Hanako saling menyintai. Namun berbeda dengan kalimat (4b), Tarou menyintai Hanako tetapi belum tentu keduanya saling menyintai. Struktur kalimat (4b) akan berbeda maknanya apabila strukturnya diubah menjadi seperti kalimat (4c) sebagai berikut :

4. c. 花子が太郎恋をした。 (Hanako menyintai Tarou)

Dengan kata lain, kalimat (4a) mengandung makna bahwa Tarou dan Hanako saling menyintai. Namun pada kalimat (4b) menunjukkan bahwa Tarou menyintai Hanako dari satu pihak saja tidak dapat dipastikan bahwa Hanako juga merasakan perasaan yang sama kepada Tarou. Berikut akan dijabarkan contoh kalimat (5a) dan (5b) yang diantaranya memiliki makna yang berbeda.

5. a. 太郎はその問題にしいて、花子租談した。

b. 太郎はその問題にしいて、花子租談した。

Pada kalimat (5a), antara Tarou dan Hanako sama-sama melakukan konsultasi satu sama lain. Namun, berbeda dengan pemaknaan pada kalimat (5b), menunjukkan bahwa Tarou berkonsultasi kepada Hanako tentang permasalahan itu, menunjukkan aktivitas sepihak saja.

Jadi menurut analisis di atas, seharusnya untuk kalimat (1a) dengan (1b) memiliki makna yang berbeda. makna kalimat (1a), menunjukkan bahwa baik Tarou maupun Hanako masing-masing keluar, menuju ke suatu tempat yang telah disepakati, kemudian bertemu. Namun untuk kalimat (1b), dari segi makna menunjukkan bahwa Hanako dari awal telah berada di tempat pertemuan, kemudian barulah Tarou datang ke tempat itu dan mereka pun bertemu. Kedua peristiwa pada kalimat (1a) dengan (1b) tersebut sangatlah berbeda. Berikut akan dijelaskan skema yang menunjukkan peristiwa tersebut.

6. a. 太郎が花子会った。 (Tarou dan Hanako bertemu)

Tarou (Tempat bertemu) Hanako

b. 太郎が花子会った。 (Tarou menemui Hanako)

Tarou (Tempat bertemu) Hanako

Kalimat (6a) dengan kalimat (6b) sangatlah berbeda apabila dilihat dari konteks pergerakan fisik. Contohnya aktivitas pada kalimat (6a), apabila secara psikologis Hanako yang telah terlebih dahulu sampai dan menunggu untuk bertemu Tarou, agar Tarou menyadari perasaan Hanako yang telah menunggu maka bisa saja digunakan pola kalimat (1b).

Contohnya pada pola kalimat XYト/二会った」. Apabila secara psikologis Y tidak melakukan gerakan maka pola Yト」tidak dapat digunakan dan yang berlaku adalah polaY二」.

7. a. 私は花子ト会いに、渋谷二行った。(Saya dan hanako pergi ke Shibuya untuk bertemu)

b. 私は花子二会いに、渋谷二行った。(Saya pergi ke shibuya untuk menemui hanako)

8. a. 私は先生ト会いに、渋谷二行った。(Saya dan sensei pergi ke Shibuya untuk bertemu)

b. 私は先生二会いに、渋谷二行った。(Saya pergi ke shibuya untuk menemui sensei)

Pada kalimat (8a), pada umumnya tidak berlaku karena bersifat tidak gramatikal. Umumnya, apabila konteks kalimat dimana akan diadakan pertemuan antara murid dengan guru maka yang berlaku adalah pola kalimat pada contoh kalimat (8b). Secara psikologis, murid lah yang memerlukan guru. terdapat istilah [Urutan Tua Muda] yang menunjukkan perasaan pada situasi tersebut.

Dalam situasi ketika Y tidak melakukan pergerakan maka struktur Yト」tidak akan berfungsi.

9. a. 二郎の頭が花子の頭トブシかッタ。 (Kepala jiro dan kepala hanako berbenturan)

花子の頭が二郎の頭トブシカッタ。 (Kepala hanako dan kepala jiro berbenturan)「二郎の頭ト花子の頭」がブシカッタ。 (Kepala jiro dan kepala hanako berbenturan)

「花子の頭ト二郎の頭」がブシカッタ。 (Kepala hanako dan kepala jiro berbenturan)

b. 二郎の頭が花子の頭二ブシカッタ。 (Kepala jiro mementuri kepala hanako)

10. a. *二郎の頭が壁トブシカッタ。 (Kepala jiro dan tembok berbenturan)

*壁が二郎の頭トブシカッタ。 (Tembok dan kepala jiro berbenturan)

*「二郎の頭ト壁」がブシカッタ。 (Kepala jiro dan tembok berbenturan)

*「壁ト二郎の頭」がブシカッタ。 (Tembok dan kepala jiro berbenturan)

b. 二郎の頭が壁二ブシカッタ。 (Kepala jiro mementuri tembok)

Perbedaan antara kalimat (9a) dengan kalimat (10a) dapat dilihat dari segi tata bahasa. Contoh kalimat (9a) bersifat gramatikal sebaliknya contoh kalimat (10a) bersifat tidak gramatikal. Disebut gramatikal pada kalimat (9a) dilihat dari subjek dan objek sebelum dan setelah partikel (). Kalimat (9a) melibatkan dua buah bagian tubuh subjek yang bergerak bersama dan bertemu pada satu titik sehingga logis digunakan partikel (). Namun, berbeda dengan kalimat (10a), tembok merupakan benda mati dan bersifat pasif sehingga tidak berlaku digunakan partikel () seharusnya digunakan partikel () seperti pada kalimat (10b). Berlaku juga partikel () ini pada penjelasan untuk kalimat (9b), walaupun objek setelah partikel merupakan benda hidup bisa saja diam pada saat dikenai sesuatu oleh subjek. Jadi untuk benda hidup berlaku partikel keduanya baik () maupun (). Sedangkan apabila salah satu subjeknya dalam kalimat tersebut merupakan benda mati maka yang berlaku hanyalah partikel ().

Berikut akan diberikan beberapa contoh kalimat dengan penjelasan yang hampir sama dengan contoh kalimat di atas.

11. a. 太郎の頭が花子の手ト/二触れた。(Kepala Taro dan tangan Hanako bersentuhan).

(Kepala Taro menyentuh tangan Hanako)

b. 太郎の手が金庫の鍵*ト/二触れた.(*Tangan Tarou dan kunci brankas bersentuhan)

(Tangan Tarou menyentuh kunci brankas)

12. a. 私は太郎ト/二会った。 (Saya dan Tarou bertemu)

(Saya menemui Tarou)

b. 私は災難*ト/二会った。 (*Saya dan bencana bertemu)

(Saya menemui bencana)

Penjelasan kalimat (11a) sama dengan penjelasan untuk kalimat (9a) dan (9b) sedangkan untuk kalimat (11b) sama dengan penjelasan untuk kalimat (10a) dan (10b). Istimewanya untuk kalimat (12b) karena mengandung unsur paralinguistik mengenai dasar pemikiran orang jepang terhadap peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau korban atas sebuah peristiwa atau bencana. Apabila sebuah bencana terjadi pada mereka, orang jepang akan mengatakan bahwa seolah-olah mereka lah yang menemui bencana tersebut karena bencana dianggap benda mati. Sehingga dalam konteks kalimat ini akan dianggap lazim digunakan partikel (). Fenomena kebahasaan yang menjadi cerminan kepribadian orang jepang bisa juga terlihat pada kalimat berikut ini :

13. a. 私はスリト/二会った。 (Saya dan Saudara Suri bertemu)

(Saya menemui Saudara Suri)

b. 私はすり*ト/二会った。 (*Saya dan pencopet bertemu)

(Saya menemui pencopet)

Secara garis besar untuk penjelasan kalimat (13a) dan kalimat (13b) sudah banyak dipaparkan pada penjelasan sebelumnya. Kalimat (13a) dapat menggunakan kedua partikel karena subjeknya adalah benda hidup begitu pula dengan kalimat (13b). Namun untuk kalimat (13b), tidak lazim digunakan partikel () karena subjek merasa menjadi korban atas sebuah kejadian yang dilakukan oleh objek. Sebaliknya apabila subjek merasa diuntungkan atas objek pada kalimat tersebut maka yang berlaku adalah partikel () dan terlihat aneh apabila digunakan partikel (). Berikut ini akan diberikan paparan tentang prinsip hidup masyarakat jepang mengenai penggunaaan partikel () dan () hubungannya dengan peristiwa atau kejadian yang dialaminya.

14. a. 嵐/吹雪/地震/ヒドイ目/悲しい目二会う。

(menemui : topan/badai salju/gempa/kekejaman/kesedihan)

b. *そよ風/*お天気/*嬉しい目二会う。

(menemui : *angin sepoi-sepoi/*cuaca bagus/*kebahagiaan)

Dalam konteks kehidupan jepang, untuk menunjuk peristiwa yang bersifat merugikan akan digunakan partikel () sebaliknya tidak akan berlaku untuk menunjuk ke hal yang mennguntungkan.

Simpulan :

Dari contoh kalimat beserta penjelasannya diatas maka dapat dibuat sebuah tabel yang mencangkup mengenai pembahasan partikel () dan () berikut ini :

MAKNA

PARTIKEL ()

PARTIKEL ()

Saling (resiprok)

O

X

Salah satu subjek pasif

X

O

Subjek benda hidup

O

O

Subjeknya salah satu benda mati

X

O

Menunjukkan kerugian kepada subjek

X

O

Menunjukkan keuntungan kepada subjek

O

X

DAFTAR PUSTAKA

Kuno Hitomi, 1973. 日本語文法教育大修館

PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA

PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA

DALAM DRAMA DETECTIVE CONAN SPESIAL 1

(Kajian Pragmatik Bahasa Jepang)

Ngurah Indra Pradhana

Program Magister Linguistik Jepang

Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

Abstract :

Language is a tool or a manifestation of human culture that is used to communicate with each other or connected, either through written, oral, or motion (sign language), with the aim point across the heart or the will to his interlocutors or others. Through language, humans can adapt to the customs, behavior, manners of society, and also easy to confound him with all forms of society.
Language has several functions that can be divided into common functions and special functions. The function of language in general is as a tool for expression, communication, and tools to make integration and social adaptation. While the function of language in particular is to make contact in daily life, embody the art (literature), studying ancient texts, and to exploit science and technology.
Keywords: principles of cooperation, violations of maxims of cooperation, adherence to maxims of cooperation.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masyarakat tutur merupakan masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi atau integrasi simbolis, dengan tetap menghormati kemampuan komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status penutur dan mitra tutur.

Strategi-strategi yang digunakan manusia dalam bertutur dirumuskan oleh Grice (1975) dalam prinsip-prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama mengacu pada kaidah bertutur yang berisikan sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. Prinsip kerja sama dirumuskan sebagai berikut: buatlah sumbangan informasi anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat bicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti. Terkadang di dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal sering terjadi pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Fenomena kebahasaan tersebut dapat dilihat pada dialog yang diambil dari cuplikan percakapan antara Minamida (Lk) yang merupakan awak kapal yang membawa para siswa SMA Teitan dengan Sonoko (Pr) yang merupakan salah satu siswa SMA Teitan. Dialog ini diambil dari drama Detektif Conan Spesial 1. Cuplikan percakapannya adalah sebagai berikut :

Sonoko : Minamida, kanojo ga arun desu ka ? (Minamida, sudah punya pacar)

Minamida : Gomen ne, Shigoto ga aru, kore ! (Maaf ya, lagi ada pekerjaan, ini)

Ujaran ini termasuk pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama karena jawaban si mitra tutur (Minamida) dalam menanggapi pertanyaan si penutur (Sonoko) tidak berterima dan sangat menyimpang dari tanggapan yang seharusnya. Pada dialog diatas telah melanggar dua buah maksim dalam prinsip kerja sama, antara lain maksim kualitas dan maksim hubungan. Melanggar maksim kualitas karena si mitra tutur (Minamida) dengan sengaja membuat pernyataan yang tujuannya tidak dapat diketahui langsung oleh si penutur. Sedangkan dikatakan melanggar maksim hubungan karena memunculkan makna tidak langsung yang dituturkan oleh si mitra tutur sehingga memberi kesan bahwa percakapan ini tidak relevan. Pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi pada percakapan ini dikategorikan jenis pengabaian, yaitu karena mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur. Namun disamping melanggar dua maksim tersebut, dialog ini dapat juga dikategorikan telah mematuhi dua maksim lainnya dalam prinsip kerja sama antara lain maksim cara dan maksim kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari ujaran yang diutarakan sangat jelas dan pernyataannya tidak terlalu panjang.

Jadi didalam penelitian ini akan membahas tentang tiga hal penting yang berhubungan dengan maksim-maksim dalam prinsip kerja sama antara lain alasan maksim dalam prinsip kerja sama itu dilanggar, jenis pelanggaran yang terdapat dalam dialog tersebut, dan jenis maksim yang dipatuhi dalam dialog tersebut. Ketiga pembahasan tersebut akan dirumuskan pada satu judul penelitian yaitu, “Penerapan Prinsip Kerja Sama Dalam Drama Detective Conan Spesial 1 (kajian pragmatik Bahasa Jepang)”.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa alasan maksim dalam prinsip kerja sama itu dilanggar ?
  2. Apa jenis pelanggaran yang terdapat dalam dialog tersebut ?
  3. Apa jenis maksim yang dipatuhi dalam dialog tersebut ?

1.3 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah tersebut, agar pembahasan yang dilakukan tidak terlalu meluas, penelitian ini akan memfokuskan pada analisis tentang prinsip-prinsip kerja sama dalam wacana dialog yang diambil dari percakapan antara Mouri Ran dengan Kudou Sinichi dalam drama “Detective Conan Spesial 1”.

Mouri Ran dan Kudou Sinichi adalah siswa-siswi SMA Teitan. Mereka telah berteman dari kecil. Karakter tokoh keduanya sangatlah menarik sehingga menjadi salah satu pertimbangan dipilihnya kedua tokoh tersebut untuk dianalisis selain bahwa kedua tokoh tersebut juga merupakan tokoh utama dalam drama tersebut.

1.4 Tujuan

  1. Mengetahui alasan maksim dalam prinsip kerja sama itu dilanggar.
  2. Mengetahui jenis pelanggaran yang terdapat dalam dialog tersebut.
  3. Mengetahui jenis maksim yang dipatuhi dalam dialog tersebut.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kerja sama yang dilanggar dan dipatuhi dalam sebuah dialog.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk mengenal lebih mendalam mengenai cara pengungkapan perasaan masyarakat jepang yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kerja sama dalam kepragmatikan yang diramu dalam keempat maksimnya.

2. TINJAUAN TEORI

2.1 Prinsip-prinsip Kerja Sama Menurut Para Ahli

2.1.1 Menurut Koizumitamotsu (小泉保)

Koizumitamotsu (小泉保) 1995. dalam bukunya yang berjudul “Gengokomunikeshon (言語コミュニケーション) : 139, menyebutkan tentang prinsip-prinsip kerja sama sebagai berikut :

推意の働きは、アメリカの哲学者H.P.グライス(Grice)が示した「協調の原則」とそこから引き出される4つの公理(maxim)によって確定されることになった。

1. 質の公理

2. 量の公理

3. 関係の公理

4. 様態の公理

“Cara kerja implikatur diambil dari prinsip-prinsip kerja sama yang diadaptasi dari empat maksim yang dikemukakan oleh filsuf dari Amerika yaitu H.P. Grice, sebagai berikut :

1. Maksim Kualitas

2. Maksim Kuantitas

3. Maksim Hubungan

4. Maksim Tindakan”

2.1.2 Menurut Grice

Prinsip kerja sama merupakan kaidah bertutur yang berisi sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. (Grice, 1975)

Grice merinci prinsip kerja sama dalam sebuah percakapan ke dalam empat sub-prinsip yang disebut maksim, sebagai berikut :

1. Maksim Kuantitas

a. Buatlah percakapan yang informatif seperti diminta (dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung).

b. Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta.

2. Maksim Kualitas

a. Cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar.

b. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.

c. Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai.

3. Maksim Hubungan/relevansi

4. Maksim Tindakan

a. Hindarkan ungkapan yang tidak jelas.

b. Hindarkan ketaksaan.

c. Buatlah dengan singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu).

d. Buatlah secara urut/teratur.

2.1.3 Menurut Levinson

Levinson (1983) menyatakan bahwa prinsip kerja sama dengan sejumlah maksimnya mengkhususkan pada hal yang dapat diperbuat oleh peserta tutur untuk bertutur dengan cara yang efisien, rasional, dan kooperatif. Ketika menyampaikan informasi, antara penutur dengan mitra tutur harus bertutur dengan halus, relevan, dan jelas. Prinsip kerja sama terdiri dari empat maksim/prinsip, antara lain :

1. Maksim kuantitas : berilah jumlah informasi yang tepat.

a. Buatlah sumbangan Anda seinformatif yang diperlukan.

b. Jangan membuat sumbangan Anda lebih informatif dari yang diperlukan.

2. Maksim kualitas : buatlah sumbangan atau kontribusi Anda sebagai sesuatu yang benar.

a. Jangan mengatakan apa yang Anda yakini salah.

b. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda tidak memiliki bukti.

3. Maksim hubungan : jagalah kerelevansian.

4. Maksim cara : tajamkanlah pikiran.

a. Hindari ungkapan yang membingungkan.

b. Hindari ambiguitas.

c. Bicaralah secara singkat.

d. Bicaralah secara teratur.

2.2 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama

Dalam sebuah interaksi, pelanggaran maksim-maksim dalam kerja sama sering terjadi. Pelanggaran tersebut dapat terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam petuturan. Grice (1975: 49) membedakan pelanggaran terhadap maksim-maksim kerja sama menjadi empat jenis antara lain :

1. Violasi : terjadi karena penutur tidak mampu menggunakan maksim tutur secara benar.

2. Pengabaian : terjadi karena penutur enggan bekerja sama dengan mitra tutur.

3. Perbenturan : terjadi jika penutur berhadapan dengan pilihan penggunaan maksim tutur yang saling bertentangan, misalnya maksim kuantitas dengan maksim kesantunan.

4. Permainan : terjadi jika penutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud agar tuturannya dipahami dengan baik.

3. Analisis Data

Dari penjabaran prinsip-prinsip kerja sama diatas, muncul beberapa wacana lisan berupa dialog (percakapan) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kerja sama. Hal itu dapat dilihat pada contoh dialog berikut ini :

1. Percakapan berlangsung di sekolah SMA Teitan antara Mouri Ran dan Kudou Shinichi. Mereka sedang bercakap-cakap mengenai persiapan untuk melakukan perjalanan sekolah.

Mouri Ran : Shinichi, itte tokoro ni aru ? (Shinichi, adakah tempat yang ingin dikunjungi)

Kudou Shinichi : Hora, jikan ga mudana. (tidak, buang-buang waktu saja)

Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran beberapa maksim kerja sama yaitu maksim hubungan, maksim cara, dan maksim kualitas. Pelanggaran maksim hubungan karena jawaban yang diutarakan oleh Shinichi tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ran. Pelanggaran pada maksim cara adalah dilihat dari pernyataan Shinichi yang bersifat ambigu dan membingungkan penutur dalam mengambil kesimpulan atas jawabannya. Sedangkan pelanggaran maksim kualitas dapat dilihat dari sudut pandang kebenaran yang bersifat tidak mutlak dan mengatakan hal yang tidak disertai bukti sehingga percakapan tidak dapat diterima. Pelanggaran beberapa maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis violasi, yaitu mitra tutur tidak mampu menggunakan maksim tutur secara benar. Namun selain melanggar, percakapan ini mematuhi satu buah maksim lainnya dalam prinsip-prinsip kerja sama yaitu maksim kuantitas, karena si mitra tutur memberikan jawaban yang singkat dan langsung mewakili perasaannya walaupun tidak seluruhnya pendapatnya itu dapat diterima.

2. Percakapan terjadi di kapal laut tempat siswa-siswi SMA Teitan melakukan perjalanan sekolah. Percakapan berlangsung antara Mouri Ran dengan Kudou Shinichi setelah mengunjungi kamar istirahat temannya yang sedang sakit. Sebelum percakapan ini berlangsung, Kudou Shinichi terjalin percakapan dengan temannya yang sedang sakit itu. Namun, ditampik oleh Kudou Shinichi ketika ditanya oleh Mouri Ran lewat percakapan berikut ini :

Mouri Ran : Nani wo hanashita no ? (bicara apa tadi ?)

Kudou Shinichi : Nani mo nai. Yatteru! (tidak ada apa-apa. Ayo pergi)

Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas karena Sinichi menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang atau sedang berbohong sehingga tuturan tidak berkualitas lagi. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis pengabaian, yakni mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur sehingga hal yang sebenarnya tidak diutarakan oleh mitra tutur secara jujur. Namun selain melanggar, percakapan ini mematuhi maksim-maksim lainnya dalam prinsip kerja sama, antara lain maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim hubungan. Mematuhi maksim kuantitas karena informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur alias tidak berbelit-belit. Mematuhi maksim cara karena jawaban si mitra tutur jelas dan tidak menimbulkan kesan ambiguitas. Sedangkan dikatakan mematuhi maksim hubungan adalah ketika bagian pertanyaan dari penutur sesuai dengan jawaban yang diutarakan oleh mitra tutur, yaitu sama-sama adanya kata “nani” (apa) .

3. Percakapan terjadi di depan loker sekolah SMA Teitan. Percakapan berlangsung ketika Kudou Shinichi meminta bantuan kepada Mouri Ran karena ia sedang ditimpa tumpukan kertas. Mouri Ran yang sedang marah karena dibuat kesal oleh Sinichi sehingga ia enggan membantu menyingkirkan tumpukan kertas yang sedang menimpa Sinichi.

Kudou Shinichi : Tatsukete mora na.. (tolong lah)

Mouri Ran : Jibun de kanarasu tatsukereba iin deshou. (seharusnya kamu menolong dirimu sendiri)

Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas karena Mouri Ran menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang dengan maksud agar Kudou Sinichi sadar bahwa ia telah membuat Mouri Ran marah. Hal itulah yang membuat tuturan tidak berkualitas lagi. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis pengabaian, yakni mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur sehingga hal yang sebenarnya tidak diutarakan oleh mitra tutur secara jujur. Namun selain melanggar, percakapan ini mematuhi maksim-maksim lainnya dalam prinsip kerja sama, antara lain maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim hubungan. Mematuhi maksim kuantitas karena informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur. Mematuhi maksim cara karena jawaban si mitra tutur jelas mengutarakan tuturan tersebut dan tidak menimbulkan kesan ambiguitas. Sedangkan dikatakan mematuhi maksim hubungan adalah ketika bagian pertanyaan dari penutur sesuai dengan jawaban yang diutarakan oleh mitra tutur, yaitu sama-sama adanya kata “tatsukeru” (tolong) .

4. Percakapan berlangsung di sekolah SMA Teitan. Saat itu Mouri Ran sedang berulang tahun. Serentak ketika bertemu dengan Kudou Shinichi, dia meminta hadiah jalan-jalan ke Tropical Land kepada Kudou Shinichi. Kudou Sinichi yang tampak “dingin” , tanpa menghiraukan perasaan Mouri Ran langsung menjawab sesuka hatinya.

Mouri Ran : Watashi wa Tropical Land ga ii ? (boleh ke Tropical land ?)

Kudou Shinichi : Ma..da..ko chi wo motsu (apa? Jangan bawa masa kanak-kanak mu lah)

Dari percakapan ini dapat dilihat telah melanggar seluruh maksim dalam prinsip kerja sama. Melanggar maksim kuantitas karena tidak memberikan informasi yang tepat sesuai permintaan penutur. Melanggar maksim kualitas karena mengatakan hal-hal yang belum tentu kebenarannya tanpa disertai bukti-bukti. Melanggar maksim hubungan karena mitra tutur memberikan pernyataan yang tidak relevan. Serta melanggar maksim cara karena menimbulkan kebingungan kepada penutur karena memberikan jawaban yang tidak sesuai dan tanpa disertai penjelasan yang dapat diterima oleh penutur. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis perbenturan, yakni penggunaan maksim tutur yang saling bertentangan.

5. Percakapan berlangsung didepan bus yang akan mengantar siswa-siswi SMA Teitan untuk melakukan perjalanan sekolah. Situasi percakapan berlangsung ketika Mouri Ran kaget melihat kedatangan Kudou Shinichi secara tiba-tiba karena merujuk pada pertemuan sebelumnya Kudou Shinichi sempat menolak untuk ikut serta dalam perjalanan sekolah ini.

Mouri Ran : Nani wo konai itte kuse ? (apa ini? Kamu bilang kamu tidak akan datang)

Kudou Shinichi : Ki ga kawattan dayou. (saya merubah pikiran saya)

Dari percakapan ini dapat dilihat telah melanggar maksim hubungan dalam prinsip kerja sama. Melanggar maksim hubungan karena mitra tutur memberikan pernyataan yang tidak relevan dan tidak sesuai kaidah dalam bertutur. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis permainan, yakni mitra tutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud agar tuturannya dipahami dengan baik. Tetapi dibalik semua itu, tuturan ini sangat singkat, mudah dimengerti, dan tidak menimbulkan kesan ambigu sehingga mematuhi maksim lainnya dalam prinsip kerja sama yakni maksim cara, kuantitas, dan kualitas.

Simpulan

  1. Alasan Maksim Dalam Prinsip Kerja Sama Itu Dilanggar

Pelanggaran maksim-maksim kerja sama dilakukan karena beberapa hal diklasifikasikan berdasarkan maksimnya, antara lain :

a. Maksim Kuantitas

i. Tidak memberikan informasi yang tepat sesuai permintaan penutur.

b. Maksim Kualitas

i. Dapat dilihat dari sudut pandang kebenaran yang bersifat tidak mutlak dan mengatakan hal yang tidak disertai bukti sehingga percakapan tidak dapat diterima.

ii. Menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang atau sedang berbohong sehingga tuturan tidak berkualitas lagi

iii. Menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan dengan maksud tertentu.

c. Maksim Hubungan

i. Mitra tutur memberikan pernyataan yang tidak relevan dan tidak sesuai kaidah dalam bertutur

d. Maksim Cara

i. Mengutarakan pernyataan yang bersifat ambigu dan membingungkan penutur dalam mengambil kesimpulan atas jawabannya.

ii. Menimbulkan kebingungan kepada penutur karena memberikan jawaban yang tidak sesuai dan tanpa disertai penjelasan yang dapat diterima oleh penutur.

  1. Jenis Pelanggaran Yang Terdapat Dalam Dialog Tersebut
    1. Jenis violasi, yaitu mitra tutur tidak mampu menggunakan maksim tutur secara benar
    2. Jenis pengabaian, yakni mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur sehingga hal yang sebenarnya tidak diutarakan oleh mitra tutur secara jujur
    3. Jenis perbenturan, yakni penggunaan maksim tutur yang saling bertentangan
    4. Jenis permainan, yakni mitra tutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud agar tuturannya dipahami dengan baik

  1. Jenis Maksim Yang Dipatuhi Dalam Dialog Tersebut
    1. Maksim Kuantitas

i. Mitra tutur memberikan jawaban yang singkat dan langsung mewakili perasaannya walaupun tidak seluruhnya pendapatnya itu dapat diterima.

ii. Informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur alias tidak berbelit-belit.

iii. Informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur.

iv. Tuturan ini sangat singkat.

    1. Maksim Kualitas

i. Mudah dimengerti.

    1. Maksim Hubungan

i. Ketika bagian pertanyaan dari penutur sesuai dengan jawaban yang diutarakan oleh mitra tutur.

    1. Maksim Cara

i. Jawaban si mitra tutur jelas dan tidak menimbulkan kesan ambiguitas.

DAFTAR PUSTAKA

GRICE, H.P. 1975. Logic and Conversation, dalam Cole dan Morgan, op. cit., hlm. 41-58

STEPHEN C. LEVINSON. 1983. Pragmatics. Cambridge University Press.

小泉保. 1995.言語コミュニケーション